Jaga Nyawa di Setiap Ombak: Satpolairud Waropen Galakkan Keselamatan Bahari untuk Motorace dan Nelayan
NEWS BOTAWA– Satuan Polisi Perairan dan Udara (Satpolairud) Polres Waropen secara proaktif dan berkesinambungan menggelar program pembinaan dan himbauan langsung ke jantung komunitas bahari. nuansa baur antara bau solar, air laut, dan semangat pagi terasa kental di Pelabuhan Rakyat Kali Sanggei. Di sana, Kasat Polairud Iptu. Elton Jack Rumbiak beserta personelnya tidak datang untuk melakukan patroli biasa, melainkan untuk “sambang” – bersilaturahmi dan membangun dialog dengan para motorace speed boat dan nelayan, ujung tombak transportasi dan perekonomian laut Waropen.
Laut bukan sekadar tempat mencari nafkah bagi masyarakat pesisir Waropen. Ia adalah jalan raya, supermarket, dan sekaligus kekuatan alam yang penuh misteri dan tantangan. Di atas gelombang yang terkadang bersahabat dan tak jarang mengamuk, keselamatan adalah harga mati yang tidak bisa ditawar.
Lebih Dari Sekadar Himbauan: Membangun Budaya Selamat
Kegiatan ini jauh dari kesan formal dan kaku. Iptu. Rumbiak dan timnya menyapa para pengemudi speed boat dan nelayan yang sedang bersiap melaut atau baru saja merapat. Percakapan mengalir santai namun penuh makna. Pesan yang disampaikan bukanlah instruksi dari atas, tetapi ajakan kolektif dari sesama anak laut untuk menjaga keselamatan bersama.
“Kami berharap masyarakat selalu memperhatikan faktor keselamatan saat berlayar, dan jangan memaksakan diri di tengah cuaca buruk serta pastikan selalu melengkapi diri dengan peralatan keselamatan. Hal ini untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya kecelakaan saat di laut,” tegas Iptu. Rumbiak dengan nada yang lugas namun penuh kepedulian.
Pesan kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) yang disampaikan mencakup poin-poin kritikal yang seringkali diabaikan:
-
Pengecekan Kondisi Kapal: Memastikan mesin speed boat atau perahu dalam kondisi prima sebelum berangkat. Kerusakan mesin di tengah laut bisa berubah menjadi bencana yang mengancam jiwa.
-
Alat Keselamatan Jiva (Life Jacket): Ini bukan aksesori, tapi penyelamat nyawa. Setiap penumpang dan awak wajib mengenakannya. Satpolairud menekankan bahwa jaket pelampung harus dalam kondisi baik dan mudah diakses.
-
Perlengkapan Darurat: Membawa perlengkapan seperti pelampung, flare, lampu senter, alat komunikasi (HT/radio), dan P3K adalah suatu keharusan. Perlengkapan ini adalah garis pertahanan pertama jika terjadi keadaan darurat.
-
Memperhatikan Informasi Cuaca: Nelayan dan motorace didorong untuk selalu mengecek prakiraan cuaca dari sumber terpercaya sebelum berlayar. “Laut yang sedang murka bukanlah lawan yang sepadan untuk dihadapi dengan nekad,” ujar salah satu personel Polairud.
Kemitraan, Bukan Pengawasan: Memperkuat Ikatan dengan Masyarakat
Baca Juga: Polres Waropen Gelar Sertijab dan Pengukuhan Dua Pejabat Utama
Apa yang dilakukan Satpolairud Polres Waropen ini adalah contoh nyata dari policing yang humanis dan proaktif. Mereka tidak hanya hadir ketika sudah terjadi musibah, tetapi hadir di tengah masyarakat untuk mencegah musibah itu sendiri.
Melalui pendekatan “sambang” ini, mereka berusaha menghilangkan sekat antara penegak hukum dan warga. Tujuannya adalah memperkuat kemitraan dan membangun kepercayaan. “Kami adalah mitra bagi masyarakat nelayan. Keselamatan dan kesejahteraan mereka adalah prioritas kami. Ketika mereka selamat, aktivitas perekonomian laut pun berjalan lancar, yang pada akhirnya menguntungkan kita semua,” jelas Iptu. Rumbiak.
Seorang motorace speed boat yang enggan disebut namanya menyambut baik kegiatan ini. “Biasanya polairud datang ya patroli, periksa surat-surat. Kalau seperti ini, kami senang. Kami diingatkan dengan baik-baik, seperti dapat ilmu dan semangat lagi untuk lebih hati-hati. Apalagi kami yang bawa penumpang, tanggung jawab kami besar,” ujarnya sambil memeriksa mesin speed boat-nya
