NEWS BOTAWA– Ratusan pengemudi logistik dan angkutan umum dari berbagai daerah di Papua Tengah turun ke jalan menggelar aksi damai di kawasan Pantai Nabire. Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa, tetapi juga menjadi momentum bagi mereka untuk menyuarakan persoalan mendasar yang selama ini dihadapi para sopir lintas kabupaten di Tanah Papua.
Dalam aksi tersebut, tujuh orang perwakilan pengemudi diterima langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Papua Tengah untuk melakukan audiensi. Mereka tergabung dalam Asosiasi Pengemudi Logistik dan Angkutan Umum yang diketuai oleh Chandra.
Menurut Chandra, audiensi tersebut berlangsung kondusif dan penuh harapan. Ia menyebut, para pengemudi menyampaikan sejumlah poin krusial yang menyangkut keselamatan, kesejahteraan, dan kelancaran distribusi logistik di wilayah tengah Papua.
Jalan Rusak, Mobilisasi Logistik Tersendat
Salah satu isu utama yang disampaikan adalah kondisi buruk akses jalan yang menghubungkan Nabire dengan tiga kabupaten tetangga, yakni Deiyai, Dogiyai, dan Paniai. Jalur darat yang menjadi urat nadi distribusi logistik itu disebut dalam kondisi rusak parah di beberapa titik.
“Setiap kali kami membawa barang logistik maupun BBM ke daerah pedalaman, selalu terkendala jalan rusak. Kadang mobil terperosok, bahkan ada yang terbalik. Ini sangat berisiko dan menghambat pasokan kebutuhan masyarakat,” ujar Chandra kepada awak media usai pertemuan.
Ia menambahkan, pemerintah daerah melalui Sekda Papua Tengah merespons positif keluhan tersebut dan berjanji akan membicarakannya lebih lanjut di tingkat provinsi.
“Soal ini, kami mendapatkan jawaban baik. Pemerintah akan bicarakan dan kami tinggal tunggu realisasi ke depan,” kata Chandra.
BBM Subsidi Tak Tepat Sasaran
Selain infrastruktur, persoalan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) subsidi juga menjadi sorotan utama. Menurut para pengemudi, distribusi BBM bersubsidi di lapangan tidak tepat sasaran, sehingga banyak sopir yang justru kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk mengangkut logistik.

Baca Juga: Kelompok Bersenjata Bakar Bangunan SMP di Kiwirok Aparat Terlibat
“Banyak dari kami sopir logistik yang seharusnya berhak menerima BBM subsidi, tapi malah tidak kebagian. Kami harus beli BBM non-subsidi dengan harga tinggi, padahal pendapatan kami tidak seberapa,” keluh Chandra.
Kondisi ini, lanjutnya, memperburuk situasi ekonomi para sopir yang harus menempuh jarak ratusan kilometer dengan kondisi jalan berat. Mereka berharap pemerintah segera melakukan pengawasan ketat terhadap penyaluran BBM bersubsidi, agar tepat sasaran dan tidak disalahgunakan.
Ancaman Keamanan di Jalan Lintas Papua
Tak hanya soal jalan dan BBM, isu keamanan juga menjadi perhatian serius. Chandra mengungkapkan, para sopir sering menghadapi ancaman di jalan lintas Papua, terutama rute Nabire–Dogiyai–Deiyai. Aksi pemalangan, perampokan, bahkan penyerangan masih kerap terjadi di wilayah itu.
“Kami para sopir sudah beberapa kali menjadi korban. Ada yang dihadang, dirampas, bahkan sempat kehilangan muatan di tengah jalan. Kami sudah sampaikan hal ini ke Polda Papua agar ada tindakan nyata,” ungkapnya.
Ia berharap aparat keamanan dapat meningkatkan patroli dan pengawasan di jalur Trans Papua, terutama menjelang masa libur panjang akhir tahun.







